Fenomena nonton konser khususnya yang dihajat oleh artis luar negeri ini sangat menarik untuk dibahas. Fenomena ini bukan hal yang baru terjadi di Indonesia, namun sejak mudahnya para pendengar musik untuk mengakses lagu-lagu dari para penyanyi favorit mereka, sebut aja download, maka penyanyi-penyanyi ini pun makin giat mengadakan konser. Dengan perhitungan, pemasukan dari konser dapat menggantikan kekurangan dari sedikitnya hasil penjualan album atau CD. Masuk akal.
Yang gak masuk akal adalah, para fans yang mati-matian ngebela-belain nonton konser. Sebenernya apa sih yang jadi esensi dari nonton konser? "ingin mengenal lebih dekat penyanyi favorit gue" Yakin, dengan nonton konser lo bakal lebih kenal dengan idola lo? Memangnya kalian sempet ngobrol? "pengen liat mereka lebih dekat aja" Sedekat apa, kalo idola lo ada dipangggung sementara lo nonton dari jarak beberapa meter dari panggung. Apa bedanya sama nonton di tv dengan jarak satu jengkal tangan, malah lebih dekat saat lo melototin tv, bukan.
Masing-masing orang tentunya punya alasan yang menguatkan kegiatan mereka untuk nonton dari konser ke konser. Hanya dari fenomena ini, makin keliatan budaya "heboh" nya orang Indonesia. Disamping itu, dengan tiket konser yang gak bisa dibilang murah, gak sedikit lho penduduk Indonesia yang mampu membeli tiket masuk konser tersebut. Ini berarti, masyarakat Indonesia banyak yang mampu alias kaya, jadi kenapa kita masih disebut negara dunia ketiga?
Negara dunia ketiga, dalam analisis gua bukanlah negara miskin. Baik, miskin secara sumber daya negaranya maupun miskin dari penduduknya. Melainkan, negara dunia ketiga adalah negara yang bisa dijadiin pasar untuk para penjual ini bisa meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Dari sekian banyak liputan tentang konser artis luar negeri, kebanyakan, bahkan hampir semua diberitakan ramai pengunjung dan sukses terselanggara dengan antusiame penonton Indonesia yang bikin si artis terkejut-kejut happy. Gimana gak terkejut happy kalo tiket konser mereka mencapai titik sold out.
Jangankan fenomena nonton konser artis luar negeri, dimana bayar tiket more than five hundred rupiahs cuman untuk dua jam senang-senang sama artis idola, Indonesia juga terbilang cepet lho ngikutin tren penggunaan blackberry (yang gak murah juga harganya) dan barang-barang high end lainnya (tas, sepatu, baju). Jadi masyarakat Indonesia ini miskin kalo dipandang dari sisi sebelah mana? Yang bener, kita ini udah terlanjur percaya dengan doktrin yang disebarkan oleh mereka-mereka yang punya power sebagai negara miskin. Jangan mau percaya, karena yang bener adalah Indonesia merupakan negara pasar. Negara pasar dengan konsumen terbesar. Bisa dibilang demikian karena masyarakat Indonesia memilki budaya konsumerisme dan kepribadian yang heboh super gede. Gua gak mau bilang kalo orang-orang Indonesia ini bodoh... Karena pada dasarnya orang Indonesia memang senang memanjakan diri dan bersenang-senang.
Sebenernya gak ada yang salah sih dengan nonton konser. Bahkan gua sendiri, demen banget dateng ke konser-konser, biasanya yang harganya murah dan artisnya keroyokan, terlebih yang tiket masuknya cuman 20.000 rupiah dan biasanya acaranya diselanggarain sama anak-anak SMA atau bekennya disebut pensi, yang artis oengisinya juga paling banter adalah artis beken ibukota yang baru naik daun. Karena dari nonton konser yang gua suka adalah euforia nya.
Sementara, untuk harga tiket konser yang harganya hampir mencapai nilai jutaan atau bahkan sampai ke angka jutaan rupiah lebih, rasanya memang pantes buat mereka para musisi legendaris yang karir dan karyanya udah lalu lalang di duina musik more than much much years years. Dan gua gak habis pikir, untuk penyanyi pop sekaliber Katy Perry (atau Justin Bieber, atau siapapun yang baru punya satu album) yang lagunya baru beberapa yang bisa dibilang hits, dibela-belain mati-matian sampe nabung nahan-nahan gak jajan bakso demi bisa beli tiket dan ngeliat aksi mereka di konser. Yang gak masuk akal lagi, harga tiket mereka lebih dari lima ratus ribu rupiah. Dan sebagai informasi, dalam sebulan bisa lebih dari lima musisi luar negeri lho yang ngadain konser musik di Indonesia. Bisa dihitung sendiri berapa duit yang bakal jadi sia-sia kalo ceroboh asal beli tiket.
Gak salah kok ngeluarin duit pribadi berapapun itu demi kesenangan pribadi, hanya kalo kita mau agak mikir dan pinter sedikit, mendingan diliat-liat lagi siapa artisnya/penynyinya/musisinya. Pantes atau gak buat kita negbuang duit dengan jumlah yang gak sedikit untuk musisi yang baru ngetren, bahkan lagunya baru sedikit yang lo rasa oke. Kalo sekelas David Foster, yang konsernya biasanya diadain di hotel mewah, gua ras memang pantes dan istimewa kalo harga tiket yang paling murah dipatok harga dua juta rupiah. Masalahnya, dia bisa jadi mahal juga karena dulu dia sempet murah. Dan musiknya udah diakui hits and legend.
Balik lagi, ini hanya sedikit pendapat gua tentang fenomena nonton konser yang dilakukan oleh banyak orang Indonesia (termasuk gua, mungkin) tanpa pandang bulu. Asal itu konser artis luar negeri, walau cuma hapal sebiji dua biji lagunya, karena temen-temen gua nonton jadi gua harus ikutan nonton biar dikata gaul masa kini, gua pikir hal-hal tersebut bukanlah alasan yang bijak buat kita ngeluarin uang yang gak sedikit apalagi kalo itu masih uang dari orangtua.
Seandaingnya Bang Benjamin Sueb masih hidup, mungkin orang-orang lebih milih buat nonton ondel-ondel (krik... krik... krik...).
Seandaingnya Bang Benjamin Sueb masih hidup, mungkin orang-orang lebih milih buat nonton ondel-ondel (krik... krik... krik...).
No comments:
Post a Comment