Mungkin sudah banyak yang menuliskan dan
menafsirkan filsafat dari seorang filsuf keturunan Yahudi, yakni Baruch de
Spinoza atau juga dikenal dengan nama Benedictus de Spinoza. Kelahiran 1632
sebelumnya bernama Baruch de Spinoza, Benedictus de Spinoza adalah nama yang
digunakan oleh Spinoza sebagai lambang mulainya kehidupan baru seorang Spinoza
pasca dikucilkannya ia oleh umat Yahudi. Spinoza mengalami pengucilan oleh umat
Yahudi termasuk keluraganya sendiri karena kritik Spinoza yang dilontarkan saat
ia berumur 18 tahun yakni mengenai keragu-raguannya terhadap kitab suci sebagai
wahyu Allah, kemudian ia juga mengkritik posisi imam Yahudi, memertanyakan
kedudukan bangsa Yahudi sebagai umta pilihan Yahweh, dan keterlibatan Allah
secara personal dalam sejarah manusia.
Dikucilkan oleh keluarga dan kaum Yahudi
tidak menghentikan pemikiran-pemikiran Spinoza. Ia tetap menulis buku dan
mengajar. Namun Spinoza menolak saat mendapatkan tawaran sebagai pengajar tetap
di sebuah universitas di Belanda karena Spinoza sangat mencitai kebebasannya
untuk berfikir. Sepanjang hidupnya sebagai seorang pengasah lensa, Spinoza
hidup sangat sederhana yakni dengan tidak merokok, jarang minum anggur, dan
makan bubur encer. Mangidap penyakit TBC, akhirnya Spinoza tutup usia pada
1677.
Barusan adalah biografi dari seorang Spinoza.
Saat ini mungkin secara premature dapat saya katakana bahwa filosfi Spinoza
adalah favorit saya. Saya katakan premature karena filsafat Spinoza belum
sepenuhnya saya pahami, sementara dapat saya katakan sebagai pemikiran yang saya
favoritkan adalah karena ketertarikan saya terhadap ajaran Spinoza yang mashyur
yakni Deus Sive Natur (Allah atau Alam). Atau dapat saya jelaskan secara amatir
bahwa menurut Spinoza, Allah dan Alam adalah tidak dapat dipisahkan, Alam
adalah Allah, dan Allah adalah Alam.
Disamping pengertian yang saya dapatkan
secara amatir, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sebuah ilmu pengetahuan
maka saya juga berusaha untuk mendapatkan pengertian yang lebih scientific dengan
membaca beberapa artikel-yang juga turut menuliskan filsafat Spinoza ini.
Awalnya, untuk memulai pembicaraan mengenai
filsafat Spinoza, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu yang menjadi
filsafat Descartes. Karena filsafat Spinoza ini merupakan tanggapan atas pemikiran
yang pernah dikemukakan oleh Descartes tentang masalah Substansi dan
hubungannya antara jiwa dan tubuh. Dalam filsafat Descartes, terdapat sebuah
permasalahan yakni bagaimana Allah, jiwa, dan dunia material dapat dipkirkan
sebagai satu kesatuan yang utuh? Dan menurut Descartes realitas terdiri dari
tiga substansi yakni Allah, Jiwa, dan Materi. Tanggapan Spinoza mengenai substansi dapat
ditemukan dalam bukunya “Etika Yang Dibuktikan Dengan Cara Geometris”, Spinoza
mencoba menjawab permasalahan dengan mulai menjawab dengan memberikan
pengertian mengenai Substansi. Yakni:
1. Substansi dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri
dan dipikirkan oleh dirinya sendiri, artinya sesuatu yang konsepnya tidak
membutuhkan konsep lain untuk membentuknya.
2. Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas,
mutlak, tunggal, dan utuh.
3. Spinoza mengajarkan, apabila Allah adalah satu-satunya substansi,
maka segala yang ada harus dikatakan dari Allah. Hal ini berarti semua gejala
pluralitas dalam alam baik yang bersifat jasmani (seperti manusia,
tumbuh-tumbuhan dan hewan) maupun yang bersifat rohani (seperti perasaan,
pemikiran, dan kehendak) bukanlah hal yang berdiri sendiri melainkan tergantung
sepenuhnya pada Allah. Untuk menyebut gejala ini Spinoza menggunakan istilah
modi. Modi merupakan bentuk atau cara tertentu dari keluasan dan pemikiran.
Dengan demikian, semua gejala dan realitas
yang kita lihat dalam alam hanyalah modi saja dari Allah sebagai substansi
tunggal. Dengan kata lain, alam dan segala isinya adalah identik dengan Allah.
Pemikiran Spinoza ini membantah ajaran Descartes bahwa realitas seluruhnya
terdiri dari tiga substansi yakni Allah, jiwa dan materi. Bagi Spinoza hanya
ada satu substansi yakni Allah/alam.
Well, tulisan barusan memang tidak sepenuhnya
scientific. Hal ini dikarenakan penulis sendiri masih cukup bingung untuk
memahami tulisan-tulisan filsafat yang berhubungan dengan ajaran Substansi
Tunggal, Spinoza. Disamping ajaran substansi tunggal, Spinoza juga berbicara
mengenai etika pada manusia. Dan pada kesimpulannya dapat dipahami bahwa
filsafat Spinoza tentang Allah adalah bahwa Allah dan alam sebagai satu-satunya
substansi, sementara manusia yang memiliki jiwa dan tubuh serta bentuk lain
yang ada di dunia adalah wujud dari keberadaan Allah dan alam.
Semata-mata karena ketidaktahuan dan rasa ingin tahu, setelah menjabarkan dan mencoba memahami,
penulis mendapatkan masalah dan pertanyaan atas filsafat Spinoza yakni:
a. Spinoza menyamakan Allah dengan Alam. Berarti harus didapatkan
penjelasan tersendiri untuk mejelaskan apa itu alam? Jika Allah itu Alam, langit
adalah alam, planet-planet adalah alam, apakah berarti langit dan planet adalah
Allah? Apakah bumi dan segala isinya termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan
tidak dapat disebut sebagai alam? Darimana munculnya alam? Siapa yang
menciptakan alam? Mengapa alam tidak termasuk sebagai wujud modi dari substansi
tunggal.
b. Jika dikatakan manusia, jiwa, rohani, hewan, tumbuhan bukan
merupakan subtansi melainkan sebuah kesatuan, atau dikatakan sebagai modi, atau
wujud atas keberadaan substansi tunggal, yakni Allah. Maka secara awam di
dapatkan pengertian bahwa wujud dari modi tersebut adalah bentuk lain atau
bagian dari Allah? Apakah ini berarti manusia adalah Allah? Apakah boleh
dikatakan jika hewan dan tumbuhan adalah Allah?
Cogito ergo sum.